Pages

Saturday, September 26, 2015

Memahami Syafa'at (Bagian 5)


Sumber gambar: framework.latimes.com
Pentingnya syafa’at dari para nabi dan rasul Allah adalah karena pada hari kiamat nanti tidak ada orang selain mereka yang dapat memberikan syafa’at untuk menyelamatkan manusia lainnya. Allah swt berfirman: Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at, dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong (Q.S. Al-Baqarah [2]: 48);

Memahami Syafa'at (Bagian 4)



Sumber gambar: feelislam.com
Dalam proses hubungan tuan hamba dan penguasa rakyat akan muncul beberapa ketentuan, termasuk perintah dan larangan. Orang yang mengikuti dan menaatinya seperti dipuji dan diberi imbalan, dan orang yang melanggarnya akan dicela bahkan diberikan hukuman. Demikianlah prinsip yang diberlakukan oleh penguasa kepada hambanya.

Memahami Syafa'at (Bagian 3)



Sumber gambar: www.boston.com

Sedangkan siapakah yang berhak menerima syafa’at dapat dilihat dalam firman Allah swt berikut ini. Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang Telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila Telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka Berkata "Apakah yang Telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar (Q.S. Saba [34] : 23).

Memahami Syafa'at (Bagian 2)



Sumber gambar: www.independent.ie

Manusia adalah mahluk yang dapat menikmati kebahagiaan. Adalah sungguh suatu keprihatinan yang sangat mendalam jika banyak manusia yang tidak memiliki gairah hidup karena merasa bahwa dirinya telah tersakiti dan tidak bahagia. Adalah penting kiranya untuk memahami lebih dalam tentang apa itu kebahagiaan. Adakah kebahagiaan berbentuk, berwarna atau berdimensi layaknya organ tubuh kita?

Hal-hal yang Harus Dilakukan dalam Mengejar Impian

Sumber gambar: www.madamenoire.com
Untuk menggapai impian atau cita-cita baik dalam ekonomi, asmara atau pun hal yang lainnya seseorang seringkali tanpa sadar menciptakan sendiri hambatan-hambatan dari perjalanan menuju cita-citanya tersebut. Adapun hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai suatu kesuksesan adalah sebagai berikut:

Berbagi Asi dengan Anak Orang Lain

Sumber gambar: www.time.com
Di zaman modern ini, tidak semua wanita yang berani memutuskan untuk fokus dalam merawat bayinya sendiri terutama memberi asi. Mungkin jika untuk sementara waktu sekitar satu atau dua hari seorang ibu dapat memompa asinya kemudian ditempatkan ditempat yang steril untuk persediaan menysu bayinya, akan tetapi bagaimana jika sang ibu harus pergi selama berhari-hari dengan meninggalkan bayinya yang berusia masih di bawah dua tahun?

Friday, September 25, 2015

Manfaat Family Gathering dalam Kehidupan Kerja dan Keluarga

Sumber gambar: thistimeimeanit.com
Setiap orang yang telah berkeluarga tidak bisa melepaskan diri dari identitas pribadinya tersebut. Keluarga yang harmonis merupakan sebuah prestasi tersendiri dalam hidup seseorang. Orang yang telah berkeluarga akan menunjukan antusiasme ketika saling menceritakan keluarganya masing masing. Karena pentingnya keluarga bagi seseorang maka setiap perusahaan atau organisasi diharapkan mengadakan acara khusus yang dapat dihadiri oleh setiap karyawan dengan membawa keluarga mereka masing-masing. Salah satu acara yang dapat dilakukan adalah kegitan family gathering.

Bersiaplah Menjadi Wirausahawan Sukses

Sumber gambar: www.fairshare.cc
Memilih profesi yang tepat merupakan kunci dari kesuksesan. Pada umumnya, terutama para sarjana, memilih bekerja ditempat yang mengandalkan gaji bulanan. Sebagian dari mereka bahkan rela menjadi guru honorer yang penghasilannya hanya sedikit dengan mengharapkan pada suatu saat nanti akan mendapatkan sertifikasi atau diangkat menjadi PNS.

Memahami Syafa'at (Bagian 1)

Sumber gambar: islampeace1.wordpress.com
Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. (Q.S. An-Nisa ayat 85)
Dalam setiap doa yang dipanjatkan oleh para pemuka agama baik ustadz maupun kiyai, permohonan untuk menjadi salah satu orang yang dapat menerima syafa’at Rasulullah saw selalu menjadi bagian penting dalam isi doa tersebut. Biasanya beberapa ustadz memohon syafa’at bagi dirinya dan jama’ah untuk di akhirat kelak yang seolah menjadi tiket masuk ke surga.

Menangis Saat Shalat Dapat Menghilangkan Stres

Sumber gambar: www.dawn.com
Shalat merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seorang muslim. Karena nilainya yang penting tersebut maka minimal seroang muslim harus mejalankan ibadah shalat sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Pada hakikatnya shalat merupakan sebuah terapi penyadaran esksistensial sebagai manusia di atas muka bumi.

Thursday, September 24, 2015

Piknik Solusi Terbaik Menghabiskan Ahir Pekan dengan Keluarga

Sumber gambar: www.sarihusada.co.id

Kegiatan apakah yang anda lakukan bersama keluarga ketika ahir pekan? Piknik atau bertamasya merupakan salah satu alternatif yang bisa anda lakukan.
Bagi sang ayah setelah seminggu penuh anda bekerja baik di dalam ruangan atau pun di luar ruangan, anda mungkin akan merasakan junuh. Bagi sang ibu tidak ada salahnya berhenti sejenak dari aktivias tugas rumah tangga atau bisnis harian yang menguras tenaga.

Manfaat Bermain Boneka bagi Keharmonisan Keluarga

Sumber gambar: www.dreamstime.com
Boneka adalah media pembelajaran sekaligus permainan  yang telah ada selama turun-temurun. Ia telah ada beriringan dengan perkembangnya peradaban manusia di muka bumi. Hal ini dapat dilihat bahwa setiap daerah dan setiap generasi memiliki ciri khas bonekanya sendiri, dari mulai yang dibuat dari jerami hingga berbahan plastik semisal boneka barbie.
Anak-anak adalah manusia yang paling menyukai boneka dari pada orang dewasa. Karenanya orang dewasa yang menyukai boneka sering kali dianggap sebagai kekanak-kanakan.


Read more!

Mendidik Seorang Anak Perempuan Berarti Mendidik Seluruh Bangsa

Sumber Ilustrasi: www.wisegeek.com
Perdana Mentri Norwegia Erna Solberg, mengatakan: "Kalau Anda mendidik seorang anak perempuan, Anda mendidik seluruh bangsa. Saya yakin Komisi ini akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk menjadikan pendidikan  sebagai elemen utama di dalam pembangunan pada 2030 dan seterusnya," hal ini seperti yang dilansir okezone.com, Rabu, 23 September 2015. Pernyataan Solberg tersebut ia kemukakan dalam acara pembentukan Komisi Internasional Pendanaan Kesempatan Pendidikan Global di New York.

Wednesday, September 23, 2015

Cinta Kepada Allah Syarat Mutlak Pernikahan

Saya sangat miris mendengar bertia tentang seorang pria di Colorado, Amerika Serikat, dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas pembunuhan istrinya sendiri. Pria ini mendorong istrinya ke jurang di taman nasional setempat. Seperti yang dilansir oleh detik.com dan Reuters.com, Selasa (22/9/2015),  pembunuhan ini dilakukan agar sang suami mendapatkan asuransi jiwa sang istri senilai US$ 4,5 juta atau setara Rp 65 miliar. Seperti dilansir Reuters.

Memahami Makna Kurban dalam Islam

Kata kurban dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata 'qurbun' atau 'qurban' yang berarti 'dekat', jika ditambah dengan dengan imbuhan an (alif dan nun) maka mengandung arti 'kesempurnaan'. Dengan demikian kurban adalah sebuah ibadah yang dilakukan oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dalam sejarah agama-agama semit, Yahudi, Kristen dan Islam, kurban telah dilakukan oleh sejak zaman manusia pertama sekaligus Nabi pertama yaitu Nabi Adam. Kedua anak Nabi Adam, Qabil dan Habil melakukan kurban dengan cara meletakan harta yang paling disayangi mereka, baik berupa hasil pertanian atau hasil peternakan. Tujuannya adalah untuk menentukan mana di antara keduanya yang memiliki niat yang tulus dan bersih dari hawa nafsu seten.
Pada zaman Nabi Ibrahim, kurban juga kembali dilakukan kembali yaitu dengan cara menyembelih hewan ternak, seperti kambing, yang kemudian daging hewan tersebut dibagi-bagikan kepada penduduk kota Makkah. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim tersebut berbeda dengan apa yang dilakukan kedua putra Adam yang hanya meletakan kurban di tempat yang tinggi. Begitupun kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim merupakan kritikan terhadap pelaksanaan kurban  yang dilakukan di masanya yaitu dengan cara banyak mengorbankan manusia untuk mendapatkan limpahan pahala dari Tuhan.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim tersebut menjadi syariat kurban yang dilakukan secara turun temurun melalui nabi-nabi setelahnya. Akan tetapi pasca meninggalnya Nabi Musa banyak di antara bani Israil yang menjalankan kurban hanya untuk menunjukan sikap riya dan ingin dipuji oleh sesama manusia. Mereka berbondong-bondong menyembelih hewan kurban akan tetapi tidak disertai dengan niat yang tulus karena mengharap ridho dari Allah. Sikap seperti ini kemudian di kritik oleh Nabi Isa yang berpendpat bahwa bukanlah darah dan daging hewan kurban yang diterima oleh Allah tetapi jiwa-jiwa yang memliki niat yang tulus lah yang diterima oleh Allah. Namun kritikan tersebut malah disikapi dengan cara berlebihan oleh pengikutnya yakni dengan cara meninggalkan syariat kurban dan hanya mengedepankan sisi spritual dari kurban saja. Mereka lalu menganggap bahwa apa yang terjadi pada Nabi Isa yang disalib oleh musuh-musuh Allah merupakan pengorbanan terahir yang juga merupakan penebus dari dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia, bahkan dosa yang didapatkan sebagai dosa turunan. Maka dalam pemahaman ini hanya orang-orang yang mengakui Nabi Isa sebagai juru selamatlah yang jiwanya telah disucikan oleh pengorbanan Nabi Isa dan layak mendpatkan Kerajaan Allah.
Penghilangan syariat kurban dan hanya mengedepankan sisi spritualitas kurban ini kemudian dikritik kembali oleh Islam. Islam menekankan kepada penganutnya untuk memadukan dua sisi kurban yaitu syariat dan spiritualitas. Islam mengajak kembali penganutnya untuk mempraktekan kembali apa yang telah disyariatkan oleh Nabi Ibrahim. Seperti halnya Nabi Ibrahim, Islam menganggap bahwa pengurbanan yang hanya ditekankan pada sisi lahiriah yaitu dengan menyembelih hewan, adalah pengurbanan yang sia-sia dan penuh dengan kupura-puraan. Begitupun kurban yang hanya dipendam di dalam hati, atau kurban dari sisi spiritualitas adalah kurban yang tidak terungkapkan dan tidak berdampak positif bagi kemanusiaan. Karenanya dalam Islam pemaduan dua sisi makna kurban adalah bagaikan cinta yang tulus di dalam hati yang ditampakkan melalui tindakan nyata, yaitu berbagi kepada sesama.

Keharmonisan Keluarga Kunci Kesuksesan Seorang Pria

Ketika seorang laki-laki keluar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya, secara tidak langsung laki-laki tersebut tengah mengobankan kebebasannya untuk seseorang selain dirinya sendiri. Seperti yang telah dipahami oleh banyak pihak bahwa laki-laki lebih mengedepankan egonya dibandingkan perempuan, lantas apa gerangan yang membuat seorang laki-laki rela meredam dan mengendalika egonya terebut.
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh laki-laki dalam mencari nafkah mengandung sebuah pemenuhan ego juga. Dengan kata lain, bahwa laki-laki pada dasarnya  mengharapkan sebuah pamrih. Pamrih tesebut salah satunya dan yang paling utama adalah keharmonisan keluarga.

Read more!

Jadwal yang Padat Berpotensi Membuat Anak Stres


Setiap orang tua pasti menginginkan memiliki anak yang terbaik. Namun apakah sang anak memiliki keinginan memiliki orang tua yang menginginkan memiliki anak yang terbaik? Saya dan anda juga pasti pernah melewati masa kanak-kanak, dan boleh jujur waktu itu saya sama sekali tidak menginginkan orang tua yang meninginginkan memiliki anaka yang terbaik. Saya lebih mengingkan orang tua yang menyangi anak dengan menerima kekurangan dan kelebihan anak tanpa harus menyruh untuk menjadi atau melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.



Read more!

Tuesday, September 22, 2015

Tumbuhkan Imajinasi Anak dengan Mendongeng

Untuk mengantarkan seseorang menjadi manusia yang kratif, ia harus melewati tahap imajinatif terlebih dahulu. Adapun manusia yang paling banyak memiliki imajinasi adalah anak-anak. Adapun rangsangan untuk mendapatkan imajinasi haruslah seimbang antara segi audio yang dilakukan dengan indra pendengaran, visual yang dilakukan dengan indra penglihatan, dan eksperimental yang dilakukan dengan indra peraba.

Ada Stres dengan Pekerjaan Anda? Bermainlah dengan Anak

Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan imajinasi dan fantasi. Berbeda dengan orang dewasa yang terlampau sibuk memikirkan segala hal sehingga sulit untuk berimajinasi, anak-anak sangat mudah untuk berimajinasi dengan membayangkan hal-hal yang dianggapnya menyenangkan. Jika imajinasi yang dilakukan oleh orang tua seing kali dianggap sebagai pelarian akan dunia kenyataan, maka bagi anak-anak berimajinasi adalah sesuatu yang natural dan malah akan meningkatkan keratifitas dan perkembangan mentalnya.

Read more!

Kata Negatif Membuat Nasihat Yang Baik Menjadi Buruk

Banyak orang tua di daerah saya yang sering mengatakan kepada anak-anak mereka dengan tujuan untuk memotivasi akan tetapi sering kali malah anak-anak mereka berbalik menyerang mereka. Adapun kata-kata itu misalnya adalah: "Nak kamu harus rajin belajar agar tidak seperti ibumu ini yang bodoh" atau mungkin versi yang lebih memotivasi, "Nak kamu harus rajin belajar agar jadi orang yang sukes, orang yang kaya, tidak seperti ibu dan ayahmu yang terjerat kemiskinan".
Kalimat tersebut sering dianggap oleh beberapa orang tua sebagai kalimat terbaik yang ditunjukan untuk mendongkrak semangat belajar anak-anaknya. Akan tetapi sebenarnya kalmit tersebut bukannya malah memotivasi akan tetapi malah menjatuhkan martabat orang tua sendiri sehingga menjadikan dirinya tidak layak dijadikan sebagai "idola" bagi anak-anak mereka. Beberapa dari anak-anak tersebut mungkin akan berkata atau berfikir dengan penuh pemberontakan, "kenapa saya harus belajar, sedangkan toh ibu dan ayah juga dulu tidak belajar?" atau dengan redaksi lain, "bagaimana saya bisa menjadi orang yang sukses sedangkan orang tua saya saja bodoh?"

Read more!

Rahasia di Balik Kata "Apa" dan "Tidak"


Allah berfirman:
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Q.S. Yunus: 61)
Jika kita rubah kata  maa (Ù…َا) yang berarti"tidak" dengan arti yang lain yaitu "apa" (sesuatu) maka hasilnya adalah:

Read more!

Kosongkan Hatimu dari Keluh Kesah Maka Dirimu Akan Bahagia

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS Ali Imran ayat 26)

Pesantren Sistem Pendidikan Terbaik yang Pernah Ada di Indonesia

Sumber gambar: http://www.cirebontrust.com
Pesantren merupakan saka guru pendidikan di Indonesia. Kesimpulan tersebut tidak berlebihan karena kehadiran pesantren di Nusantara telah ada sejak ratusan tahun lalu. Istilah “pesantren” sendiri sangat khas Nusantara. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa istilah pesantren berasal dari akar kata bahasa Sangsekerta yaitu "cantrik" atau "santri" yang artinya "orang yang mencari pengetahuan dan kebenaran" sama seperti kata "murid" dalam bahasa Arab yang berarti "seseorang yang telah memperoleh talqin dari mursyid tarekat." Kemudian akar kata tersebut di beri imbuhan bahasa Jawa pe-en yang merubahnya menjadi kata keterangan tempat, yaitu "pesantren".
Setelah kedatangan Islam pesantren mendapatkan tambahan kata yang mempertegas sistem pengajarannya yaitu "pondok". Kata ini berasal dari bahasa Arab,“funduq” yang berarti “penginapan”. Keharusan untuk menginap di madrasah / pesantren pada awalnya karena apara kyai selalu membangun pesantrennya jauh dari pemukiman warga. Pemilihan tempat ini tentu memiliki pertimbangan bahwa dalam upaya pengajaran dan pendidikan pesantren seorang santri harus fokus dalam pelajarannya dan jangan terpengaruh oleh budaya masyarakat yang masih menganut kepercayaan lama.
Berdasarkan istilah yang digunakan, maka pesantren merupakan tradisi pendidikan yang telah digunakan sejak pra Islam, yaitu berasal dari tradisi Mandala atau pertapaan dalam pengajaran agama Hindu-Buddha. Tradisi pesantren walaupun memiliki istilah yang berbeda memiliki kemiripan dengan tradisi pendidika di negara-negara lain, misalnya perguruan Budha-Shaolin di Cina yang juga membentuk komunitas belajar sendiri, tradisi pendidikan Huzah di Persia dan tradisi pendidikan Akademia di Yunani yang telah terselenggara sejak masa Plato.
Istilah santri pun lebih dekat dengan istilah murid dalam bahasa Arab dari pada "tilmidz", karena dalam pengajaran di pondok pesantren seorang santri tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu duniawi saja tetapi juga dilatih mental dan spiritualnya. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah Wali Sangga yang mana Syaikh Ja'far Shadiq atau Sunan Kudus memiliki salah satu guru yang bernama Kyai Telingsing, seorang ulama asal negeri Cina yang dalam pesantrennya tidak hanya mengajarkan Ilmu-ilmu agama Islam tetapi juga ilmu arsitektur, pertukangan serta bela diri.
Tidak seperti pendidikan formal saat ini yang lebih mengedepankan jenjang kelas. Sistem pendidikan pesantren sejak pendidikan dasarnya lebih mengedepankan sitem pendidikan Akademia yang mana seorang santri tidak akan melanjutkan pelajaran berikutnya sebelum benar-benar menguasai pelajaran landasannya, dari mulai ilmu 'alat, fiqih, aqidah, akhlaq, ushul fiqih, mantiq, kalam, hingga ilmu haqiqat atau disebut juga ilmu tasawuf dan termasuk juga hikmah (filsafat). Setiap pesantren memiliki corak fokus kajiannya sendiri, misalnya ada pesantren yang hanya fokus dalam ilmu 'alat tetap lemah dalam ilmu lainnya, maka sang kyai akan menyuruh santrinya untuk belajar kepada kyai yang lain untuk memperdalam ilmu selanjutnya. Dengan demikian tradisi pendidikan pesantren juga beriringan dengan tradisi rihlah 'ilmiyah (perjalan menunutut ilmu).
Seorang santri dalam mempelajari suatu ilmu tidak pernah "serakah", sehingga ia akan terlebih dahulu fokus dalam mempelajari satu ilmu terlebih dahulu tanpa mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan sekarang yang mana seorang pelajara harus mempelajari banyak ilmu sekaligus dalam satu tahun, sehingga ilmu-ilmu yang dipelajari tersebut tidak ada yang dikasai dengan baik.
Saat ini pondok pesantren dapat dikatakan hanyalah sebuah nama saja. Tradisi-tradisi dan metode yang digunakan sudah menyimpang dari hakikat pesantren. Hal ini dikarenakan formalisasi pendidikan yang tidak mampu diadopsi dengan baik oleh para aktivis pesantren sehingga terbawa arus sekulerisasi pendidikan yang selalu membeda-bedakan mana pendidikan agama dan mana pendidikan umum.

Monday, September 21, 2015

Keluarga adalah Sekolah yang Terbaik


Hadits tentang cara memilih jodoh tentu tidak asing lagi oleh sebagian besar umat Islam. Dalam hadtis tersebut prioritas utama dalam memilih jodoh, baik suami atau pun istri, adalah kualitas agamanya (al-diin). Agama dalam pengertian di sini bukan hanya dilihat dari sekedar kulit laurnya saja, tetapi juga inti sari dari agama tersebut yaitu wawasan dan keilmuan. Hal ini karena walaupun seseorang berpakaian dan menjalankan ritual ibadah yang syar'i akan tetapi jika tidak dilandasi dengan ilmu atau ia bersikap taklid buta maka agamanya tidak akan berpengaruh positif pada dirinya, keluarga dan masyarakatnya.


Read more!

Bullying Penyebab Utama Kegagalan Pendidikan

Pendidikan merupakan modal bagi kesuskesan suatu bangsa. Dikarenakan hal tersebut maka setiap element masyarakat, dari mulai orang tua, guru, masyarakat, hingga pemerintah, memainkan perannya masing-masing yang satu sama lain tidak bisa saling menafikan. Jika salah satu element tersebut tidak berjalan secara optimal, misalkan jika peran orang tua tidak berjalan maksimal, walaupun guru, masyarakat bahkan pemerintah mendukung terselenggaranya pendidikan yang baik, seorang peserta didik tidak akan dapat berkembang secara optimal.


Read more!

Selamakan Pendidikan Indonesia dari Disorentasi Pembangunan

Kritikan yang dilontarkan oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang menyatakan bahwa institusi atau
lembaga pendidikan di Tanah Air saat ini sudah tidak lagi mementingkan substansi, namun lebih mengedepankan citra lembaga masing-masing, sehingga anak didik tidak lagi menjadi fokus utama perlu menjadi renungan wajib seluruh elemen bangsa Indonesia. (www.republika.co.id / 31-8-2015)
Lokomotif pendidikan Bangsa Indonesia seperti telah lepas dari rel tujuan mulia didirikannya NKRI pada 70 tahun yang lalu. Pendidikan yang sejatinya merupakan solusi utama dalam memperbaiki  kerusakan bangsa tidak digunakan secara maksimal. Meurut Cak Nun hingga saat ini, bangsa Indonesia belum sampai pada tingkat kesepakan forumula yang jelas terkait pendidika itu bagaimana dan seperti apa yang ideal.
Pendapat Cak Nun tersebut mengingatkan saya terhadap statement yang pernah dikeluarkan oleh almarhum Nur Khalis Madjid (Cak Nur) bahwa sulitnya bangsa ini untuk bangkit dari keterpurukan pembangunan adalah karena keliru dalam mengartikan moderniasi. Indonesia, Hindia Belanda pada waktu itu, ketika gembar-gembor penerapan politik etis oleh pemerintah Hindia Belanda yang banyak membangun sekolah-sekolah formal dengan mengajarkan pelajaran-pelajaran khas dari Barat, disikapi secara berlebihan. Berlebihan dalam hal ini terdapat golongan, yaitu golongan yang berlebihan dalam menerima budaya baru tersebut dan  menganggapnya sebagai sesuatu yang paling baik sehingga menganggap bahwa budaya lokal terutama sistem pendidikan yang telah berlangsung selama ratusan tahun di bumi Nusantara, khusunya tradisi pesantren, adalah sesuatu yang kuno dan harus disingkirkan. Sedangkan golongan ekstrim yang lain adalah berlebihan dalam menganggap bahwa setiap yang masuk dari Barat adalah budaya yang sesat dan menyesatkan karena dibawa oleh orang-orang kafir.
Setelah Indonesia merdeka ternyata dualisme arah pendidikan Indonesia tidak dapat diselesaikan. Pengakuan Madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan oleh negara secara formal pada tahun 1950 berdasar Undang-undang No. 4 tahun 1950 ternyata membuat dualisme pendidikan Indonesia semakin terlihat jelas. Apalagi manajemen pendidikan madrasah yang tidak di bawah binaan Departeman Pendidikan tetapi Departemen Agama yang dalam pengelolaannya ternyata di awal-awal pendiriannya tidak dioptimalkan secara maksimal mengakibatkan 'derajat' pendidikan madrasah berada pada level kedua daripada pendidikan sekolah yang dibina oleh Departemen Pendidikan. Ahirnya pendidikan madrasah pun hanya bisa mengekor dan berada di bayang-banyang pendidikan sekolah.
Selain dualisme arah pendidikan tersebut. Ternyata pendidikan Indonesia diperparah dengan 'pendewaan' ijazah sebagai syarat utama penerimaan tenaga pekerja baik di perusahaan-perusahaan swasta maupun instansi pemerintah. Maka pantaslah jika sekarang banyak terjadi pemalsuan ijazah yang bahkan dilakukan secara terang-terangan.
Hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, karena dapat menyebabkan terjadinya disorientasi pembangunan Indonesia. Apalagi ternyata persaingan dalam mendapatkan lapangan pekerjaan pada era globalisasi saat ini dan yang akan datang lebih berorientasi pada skill bukan pada ijazah formal. Karenanya jika ternyata sumber daya manusia (SDM) kita bangsa Indoensia tidak dapat memenuhi kesiapan skill, maka akan sulit menembus pada persaingan di tingkat global, yang pada ahirnya kita akan kembali dijajah di negeri sendiri.


Sunday, September 20, 2015

Renungan dalam Memahami Takdir Tuhan

Dalam sebuah hadits Riwayat Muslim, dikisahkan bahwa Malaikat Jibril, yang pada waktu itu mewujud dalam bentuk seorang pemuda, bertanya kepada Nabi Muhammad saw: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Nabi saw pun bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada qadar (ketentuan Allah) yang baik maupun yang buruk “.
Mari kita perhatian point terahir perihal tentang dasar keimanan tersebut, yaitu mengimani ketentuan Allah terhadap mahluknya baik yang baik maupun yang buruk. Setelah mengimani bahwa hanyalah Allah yang Maha Berkuasa atas segala mahluk-Nya, termasuk manusia, maka otomatis kita akan mendapatkan suatu pemahaman bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, semuanya berasal dari Allah. Pemahaman terhadap kehendak bebas manusia (free will) dan kehendak Tuhan adalah sebuah wacana perdebatan klasik yang telah terjadi sejak lama. Terdapat dua pemikiran yang ekstrim berkitan dengan wacana ini yaitu pemikiran qadariyah yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya. Sedangkan ekstrim yang lain yaitu pemikiran jabariyah yang mengatakan bahwa setiap perbuatan manusia telah ditentukan oleh Tuhan , karenanya manusia bukanlah pencipta bagi segala perbuatannya. 


Read more!

Memamahami Nilai Kebaikan dalam Doa Sapu Jagad

Bagi setiap muslim, membaca doa adalah suatu kewajiban, minimal tujuh belas kali dalam sehari
seorang muslim meminta untuk ditujukan kepada jalan yang benar yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah. Doa tersebut terletak dalam selah satu ayat surat al-Fatihah yang wajib dibaca ketika shalat fardlu lima waktu.
Adapun doa lain yang sering di ucapakan setelah selesai shalat ialah doa yang oleh ulama-ulama Nusantara disebut sebagai "doa sapu jagad". Disebut doa sapu jagad, karena dalam doa ini dimohonkan sesuatu yang paling didambakan oleh setiap manusia yaitu kabaikan dunia dan kebaikan ahirat. "Rabbana aatina fi al-dunya hasanah wa fi al-aakhirati hasanah waqinaa 'azaaba al-naar", yang artinya: "Ya Tuhan anugerahkanlah kepada kami kebaikan dunia dan kebaikan akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka."
Dalam doa tersebut kata 'hasanah' yang berarti 'kebaikan' diulang sebanyak dua kali diiringkan dengan dunia dan ahirat. Pengulangan tersebut mengindikasikan beberapa hal antara lain: (1) bahwa baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat adalah dua hal yang sama-sama penting; (2) kebaikan dunia disebutkan terlebih dahulum menujukan bahwa untuk mendapatkan kebaikan / kebahagiaan akhirat, setiap manusia haruslah medapatkan kebaikan / kebahagiaan di dunaia terlebih dahulu; (3) tujuan dari permohonan (doa) tersebut adalah 'kebaikan' (hasanah) itu sendiri bukanlah dunia atau pun akhirat, dan adapun 'kebaikan' yang paling besar dan tiada kebaikan lain yang dapat menandinginya adalah 'kebaikan' dari Allah, atau dapat juga dikatakan ridho dari Allah, maka dengan demikian tujuan utama dari hidup kita adalah kebaikan hakiki yaitu kebaikan dari Allah itu sendiri, bukan kebaikan akhirat atau pun kebaikan dunia, karena kedua kebaikan tersebut tidak akan pernah ada jika tidak ada kebaikan dari Allah.


Bersahabat dengan Anak

Sering kali sebagai orang tua, kita merasa bahwa karena kedudukan kita lebih tinggi dari pada anak-anak kita maka kita merasa segala urusan yang berkaitan bagi sang  anak adalah mutlak menjadi wewenang kita. Sikap yang seperti ini tentu akan membuat garis pembata yang sangat tebal antara kita dan anak-anak.
Mari kita gali ingatan kita, apakah sewaktu kecil kita senang diperlakukan oleh orang tua kita dengan aturannya yang semena-mena tanpa mau mendengarkan ungkapan perasaan kita? jika jawabannya adalah kita tidak senang diperlakukan hal tersebut, maka lantas kenapa kita melakukan hal yang sama kepada anak-anak kita?

Read more!

Mewujudkan Masyarakat Pendidik

Ketika memimpin rapat pertemuan antara Yayasan Darul Hidayah Wirakanan Indramayu dengan orang tua / wali murid saya selalu menekankan bahwa didirikannya lembaga pendidikan di desa kami sebenarnya adalah merupakan misi "individu" kami sebagai pengurus yayasan. Individu dalam hal ini adalah bawasanaya pendirian lembaga pendidikan di desa kami tersebut adalah sebuah upaya untuk mewujudkan masyarakat dan lingkungan yang baik bagi anak cucu kami. Kami sadar bahwa, pendidikan generasi muda tidak hanya merupakan beban keluarga saja, tetapi tugas bersama dalam sebuah komunitas atau masyarakat, karenanya kami mengajak para orang tua / wali murid untuk memiliki misi individu yang sama, yaitu terwujudnya masyarakat pendidik.


Read more!

Saturday, September 19, 2015

Biarkan Anak Memberikan Pendapatnya

Sebagai orang tua sering kali kita merasa bahwa kita memiliki kapasitas yang paling baik dalam
memutuskan setiap apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh anak-anak kita. Anak, sering kali hanya dijadikan sebagai objek eksperimen kebijakan orang tuanya. Padahal menjadikan anak sebagai objek akan berdampak buruk pada perkembangan kepribadiannya.
Setiap anak, dalam kapasitasnya sebagai manusia yang dapat berfikir dan merasa, pasti akan mencoba mengungkapkan segala apa yang dirasakan atau diinginkannya. Kemampuan ini telah ada sejak ditiupkan ruh oleh Tuhan kedalam jasadnya sejak masih di dalam kandungan. Pada awalnya segalah hal yang dilakukan oleh anak bersifat reaktif, mengikuti kebutuhan tubuhnya, misalnya bayi akan menangis ketika tubuhnya membutuhkan asupan makanan atau ASI.
Seiring dengan kemampuan indrawinya yang semakin maksimal, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman dan indra perasa, seorang anaka tidak hanya bereaksi untuk memenuhi asupan nutrisinya, akan tetapi lebih dari itu ia akan bereaksi untuk meningkatkan kemampuan indrawinya, seperti seorang anak akan meraba wajah ibunya. Kebutuhan ini adalah sebenarnya adalah upaya sang anak untuk mengumpulan informasi yang akan diolah dalam otak mereka.
Setelah kemampuan verbal linguistiknya mulai terbangun maka anak akan mencoba untuk mengeluarkan pendapatnya terhadap segala hal yang dijumpainya. Tahapan ini adalah tahapan yang sangat penting, dan krusial dalam perkembangan intelegensi anak. Apabila kemampuan berpendapat - dan sering kali juga diiringi dengan pertanyaan - anak tidak mendapatkan apresiasi positif dari orang tua di sekelilingnya, maka kesan yang akan didapatkan untuk pertama kali bagi sang anak adalah bahwa mengeluarkan pendapat adalah sesuatu yang terlarang karena akan menimbulkan efek negatif bagi dirinya, misalnya dimarahi oleh ibu atau ayah, secara otomatis anak akan mengeluarkan reaksi pertahanan yaitu mengamankan dirinya dari kemarahan ibu dengan cara tidak lagi berpendapat atau bertanya. Akan tetapi sampai kapan reaksi defensif ini akan terus dilakukan, tentu tidak akan selamanya. Karena pada kenyataannya reaksi defensif ini adalah cikal bakal reaksi ofensif yaitu timbulnya pemberontakan anak dengan hal-hal yang sering kali lebih cenderung membahayakan diri anak sendiri dari apda orang lain.
Berdasarkan hal demikian, maka adalah suatu kewajiban bagi setiap orang tua untuk mengapresiasi setiap kata yang keluar dari mulutnya, baik itu pendapat maupun pertanyaan, hal ini karena tindakan tersebut lambat laun akan memupuk keberanian anak untuk mempresentasikan pemikirannya terhadap sesuatu yang mungkin lebih baik dari pada orang tuanya.
Maka pada intinya adalah, anggaplah anak kita sebagai manusia seperti kita, yang memiliki perasaan untuk dihargai setiap pendapatnya.


Benarkah Bayi Bisa Dihasilkan Tanpa Peran Perempuan?

Manusia adalah citra Tuhan, demikianlah kiranya salah satu doktrin dalam pemikiran filsafat atau
mistisisme. Maka dikarenakan hal tersebut, manusia memiliki potensi-potensi sifat-sifat Tuhan, salah satunya adalah "Ilmu". Dengan ilmu yang dimilikinya manusia dapat membuat sebuah rekayasa terhadap alam semesta sesuai dengan keinginannya, termasuk 'membuat' manusia tanpa peran dari wanita.
Dalam berita yang dimuat oleh www.kompas.com tanggal 2 Maret 2015. Naoke Irie dari Welcome Trust Cancer Research University of Cambdridge pada 15 Januari 2015 lalu memublikasikan makalah hasil penelitian menarik di jurnal Cell tentang peran SOX 17 dalam mengatur perkembangan primordial germ cell (PGC). PGC sendiri bisa dikatakan sebagai sel puncak yang akan berkembang menjadi sel telur dan sel sperma. Perkembangan PGC ditentukan oleh sejumlah gen serta hormon yang diproduksi oleh tubuh.
Selama ini, gen yang dikenal sebagai penentu perkembangan PGC bernama keluarga gen SOX. Dalam penelitian, Irie beserta rekannya menemukan bahwa SOX17 pun berperan menentukan perkembangan PGC, apakah akan menjadi sel sperma atau sel telur.
Dengan mengetahui peran gen tersebut, peluang untuk merekayasa perkembangan sel bisa dilakukan. Misalnya, hormon atau zat kimia tertentu dimanfaatkan untuk menginduksi agar PGC berkembang menjadi sel telur, meskipun berasal dari tubuh laki-laki.
Karena PGC dari tubuh laki-laki membawa kromosom X, sel telur yang dihasilkan nantinya bisa berfungsi. Sel telur itu selanjutnya bisa dibuahi oleh sperma dari laki-laki lain sehingga menghasilkan zigot dan kemudian berkembang menjadi embrio.
Meski perempuan tidak dibutuhkan dalam proses menghasilkan bayi, ibu wali tetap dibutuhkan untuk membawa embrio sehingga memungkinkannya berkembang menjadi bayi yang dilahirkan 9 bulan 10 hari kemudian.
Tekhnologi ini, digagang-gadang menjadi solusi alternatif bagi pasangan homo seksual yang mengingikan anak biologis dari gen mereka berdua. Akan tetapi bagaimana peran "ibu wali" yang rahimnya dipakai untuk membesarkan embrio terebut? Apakah dinafikan bagitu saja, sedangkan nutrisi yang didapatkan embrio selam di dalam rahim mendapatkan nutrisi yang berasal dari tubuh "ibu wali" tersebut?
Saya tidak mengatakan bahwa penggunaan teknologi tersebut adalah sebuah hal yang menyalahi kodra Tuhan. Tidak sama sekali, karena pengetahuan tersebut tidak akan pernah ditemukan jika tidak dikehendaki oleh Tuhan. Karenanya bukan pengetahuannya yang dilarang. Setiap pengetahuan manusia, terutama sains pada hakikatnya bersifat relatif. Pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk kebaikan manusia namun juga dapat digunakan untuk keburukan manusia. Sama halnya sebuah pisau yang dapat digunakan untuk memasak namum dapat juga untuk membunuh. Karenanya permasalahannya terletak pada bagaimana kita manusia memanfaatkan sains yang telah dikembangkan.
Memang benar, jika sains adalah untuk sains. Akan tetapi penggunakan hasil temuan sains tetap harus melalui pertimbangan yang matang dan berwawasan luas. Tidak hanya untuk menuruti hawa nafsu dan menjadi pembelaan terhadap perilaku yang salah.

Peran Wanita dalam Kemajuan Suatu Bangsa

"Di balik lelaki yang hebat terdapat wanita yang jauh lebih hebat!" Demikianlah sebuah pepatah mengatakan. Hal ini menandakan bahwa  kedudukan wanita dalam masyarakat tidak dapat diabaiakan begitu saja. Paradigma bahwa wanita hanya berada dalam ruang lingkup dapur, sumur dan kasur, sehingga membuat mereka menjadi manusia kelas dua dalam masyarakat, haruslah ditinggalkan.
Dalam diri wanita terdapat sebuah kekuatan yang dapat menciptakan sebuah peradaban yang maju, yaitu kekuatan Tuhan yang paling utama yaitu al-Rahmah (Kasih, Sayang, Cinta). Al-Rahmah bukanlah sebuah kelemahan seperti yang selama ini disangkakan oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa halusnya perasaan, dan air mata wanita adalah sebuah tanda bahwa mereka adalah mahluk yang lemah dan tidak layak medapatkan posisi dalam pembentukan peradaban. Akan tetapi al-Rahmah adalah sebuah kekuatan yang mampu menciptakan para pelaksana dan pembangun peradaban suatu bangsa sehingga mendapatkan kemajuan. Karenanya tempat dibentuknya generasi-generasi bangsa tersebut disebut Rahim.

Read more!


Memahami Hakikat Kebahagiaan

Bahagia itu mudah! Bahagiakanlah orang lain maka engkaupun akan bahagia!
Mendefinisikan kebahagiaan adalah sangat sulit dilakukan. Hal tersebut karena masing-masing individu memberikan pendapat yang berbeda tentang makna kebahagiaan. Bagi seorang yang sedang mendambakan sesuatu, mobil mewah misalnya, maka ketika mendapatkan sesuatu yang didambakan itulah yang merupakan kebahagiaan. Bagi seseorang yang sedang mencoba untuk keluar dari suatu permasalahan, hutang misalnya, maka lunasnya hutang tersebut adalah sebuah kebahagiaan. Dengan demikian kebahagiaan bukan hanya identik dengan "memilki" tetapi juga "tidak memiliki".

Read more!

Friday, September 11, 2015

Resensi Buku: Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche

Judul Buku     : Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche
Pengarang      : Dr. F Budi Hardiman
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit   : 2004
Halaman         : xv + 312

Suatu hari Rousseau kehilangan arlojinya karena dicuri orang. "Ah untunglah," katanya, "Sekarang aku tidak perlu melihat jam lagi hingga juga tak perlu menghitung waktu pula." Cerita ini hanyalah salah satu fragmen dalam buku yang memuat sekitar 50 filsuf modern selam kurang lebih 400 tahun ini, mulai dari Machiavelli di zaman Renaisans abad ke 16 sampai dengan pemikiran Nietzsche di ahir abad 19. Penulisnya, F. Budi Hardiman, mengajak kita untuk tidak hanya mendalami ide - ide besar, seperti "aku berpikir maka aku ada" (Descartes) atau "yang rasional itu real, yang real itu rasional" (Hegel), melainkan juga menikmati kisah-kisah herois tragis para jenius filsafat Barat, seperti dibakarnya Bruno di Roma, diusirnya Spinoza dari Sinagoga, melankoli Kierkegaard, kegilaan Nietzsche, atau kisah rahasia seperti anak Hegel yang mati di Batavia. Bahkan dihidangkan juga lecehan dari si murung Schopenhauer, perti "perempuan itu 'mahluk bawah', atau semacam tahap menengah antara anak-anak dan lelaki dewasa. " atau pengakuan Marx yang mengejutkan aktivis gerakan: "Segala yang kuketahui: Aku bukan Marxis !"
Buku ini sangat menarik untuk dibaca, walaupun sebenarnya muatan filsafat yang terkandung didalamnya cukup berat, namun penulis menyuguhkannya dengan bahasa yang mudah dan gaya penulisan yang lugas dan jelas. Dilengkapi dengan catatan pinggir, kata-kata mutiara, ciplikan teks orisinil, bagan, foto, lukisan, tip praktis, kamus, dan bahkan anekdot, buku ini menjadi sebuah referensi dan pengantar yang unik ke dalam sejarah filsfat Barat modern yang layak dibaca oleh dosen, mahasiswa, budayawan, aktivis gerakan, penulis, politikus, dan siapa saja yang ingin mengetahui fundamen-fundamental yang terdalam dari peradaban modern.


Resensi Buku: Revolusi Peradaban Mencari Tuhan dalam Batang Tubuh Ilmu



Judul buku                  : Revolusi Peradaban Mencari Tuhan Dalam Batang Tubuh Ilmu
Pengarang                   : Dr. Cecep Sumarna
Penerbit                       : Mulia Press Bandung
Tahun Terbit                : 2008
Jumlah Halaman          : xix+284 halaman
Buku Revolusi Peradaban Mencari Tuhan dalam Batang Tubuh Ilmu adalah karya dari dosen Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Buku ini mencoba menjelaskan labirin kehidupan manusia yang selalu diametral. Mensimetrikan kehidupan manusia yang berjalan dalam dunia terang di kegelapan dan menciptakan kegelapan dalam dunia yang terang. Berpolarisasi dalam irama hiidup yang sepi dalam keramaian dan ramai dalam kesepian. Mencitrakan diri sebagai genus unik sekaligus antik. Mencitrakan manusia sebagai pemberontak Tuhan dan sekaligus pembangun citra Tuhan di Bumi.
Buku ini sangat dialektis. Penulis memberikan sebuah gambaran bahwa saat ini saintis seolah telah mampu membuat Tuhan menjadi linglung. Ia seolah dibikin tidak berdaya ketika berhadapan dengan mahluk ciptaan-Nya dengan genus manusia. Tuhan seolah tidak mampu memprediksi manusia yang semula tumbuh dari balutan kecil dan hina, tiba-tiba besar digjaya serta mengancam eksistensi diri-Nya. Ancamannya bukan dari Syetan yang sombong dan sempat dikutuk-Nya, tetapi justru dari manusia yang semula menjadi kebanggaan ciptaan-Nya.
Tema revolusi peradaban yang diusung dalam buku ini merupakan percikan-percikan kegelisahan penulisnya terhadap masalah kemanusia tersebut. Cecep Sumarna, sang penulis buku ini, seolah mengajak pembacanya untuk merenungkan kembali makna kehidupan dari mulai merubah nalar berfikir hingga tatarn praktis dalam mengaplikasikan kearifan berfikir filosofis.
Buku ini sangat cocok dibaca bagi orang-orang yang peduli terhadap upaya perbaikan kehidupan masyarakat, terutama bagi kaum pendidik yang memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan arah peradaban bangsa.



Ebook Tokoh-Tokoh Utama Nahdlatul Ulama (NU)


Nahdlatul Ulama adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Kebesaran organisasi ini tentunya tidak terlepas dari para tokoh-tokoh utama yang berjuang di dalamnya.
Ada bisa mengetahui sejarah perjuangan para tokoh NU terutama tokoh-tokoh yang menjagabt sebagai Rais 'Amm Suriah dan Ketua Umum PBNU dalam ebook yang bisa anda download di sini ! 

Ebook Kerajaan-Kerajaan Islam Nusantara

Sejarah Nusantara tidak bisa dilepaskan dari berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Adapun kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Nusantara antara lain:
1. Kesultanan Samudra Pasai
2. Kesultanan Aceh Darussalam
3. Kesultanan Banten
4. Kesultanan Cirebon
5. Kesultanan Demak Bintoro
6. Kesultanan Mataram 
7. Kesultanan Palemang Darussalam
8. Kesultanan Siak Inderapura
9. Kesultanan Pelalawan
10. Kesultanan Ternate
11. Kesultanan Pagaruyung
12. Kesultanan Melaka
13. Kesultanan Inderapura

Untuk mengenal lebih banyak tentang sejarah  Kerajaan atau kesultanan Islam tersbut silahkan download ebooknya di sini !

Friday, September 04, 2015

Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Tenggelamnja Kapal Van der Wijck (EYD: Tenggelamnya Kapal Van der Wijck) adalah sebuah novel yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Novel ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian.
Novel ini pertama kali ditulis oleh Hamka sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah yang dipimpinnya, Pedoman Masyarakat pada tahun 1938. Dalam novel ini, Hamka mengkritik beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu terutama mengenai kawin paksa. Kritikus sastra Indonesia Bakri Siregar menyebut Van der Wijck sebagai karya terbaik Hamka, meskipun pada tahun 1962 novel ini dituding sebagai plagiasi dari karya Jean-Baptiste Alphonse Karr berjudul Sous les Tilleuls (1832).
Diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck terus mengalami cetak ulang sampai saat sekarang. Novel ini juga diterbitkan dalam bahasa Melayu sejak tahun 1963 dan telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.
Latar belakang
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan singkatan Hamka, adalah ulama asal Minangkabau yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, Abdul Karim Amrullah. Setelah melakukan perjalanan ke Jawa dan Mekkah sejak berusia 16 tahun untuk menimba ilmu, ia bekerja sebagai guru agama di Deli, Sumatera Utara, lalu di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan ini, terutama saat di Timur Tengah, Hamka banyak membaca karya dari ahli dan penulis Islam, termasuk karya penulis asal Mesir Mustafa Lutfi al-Manfaluti hingga karya sastrawan Eropa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun 1935, Hamka meninggalkan Makassar untuk pergi ke Medan. Di kota itu, ia menerima permintaan untuk menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masjarakat, yang dalam majalah ini untuk pertama kalinya nama pena Hamka diperkenalkan. Di sela-sela kesibukannya, Hamka menulis Van der Wijck; karya yang diilhami sebagian dari tenggelamnya suatu kapal pada tahun 1936.
Plot
Perdebatan mengenai harta warisan antara Pendekar Sutan dengan mamaknya berujung pada kematian. Akibat membunuh mamaknya, Pendekar Sutan diasingkan dari Batipuh ke Cilacap selama dua belas tahun. Setelah bebas, Pendekar Sutan memilih menetap di Makassar dan menikah dengan Daeng Habibah. Akan tetapi, setelah memperoleh seorang anak bernama Zainuddin, Daeng Habibah meninggal dan, tak lama setelah itu, Zainuddin menjadi yatim piatu.
Ketika beranjak remaja, Zainuddin meminta izin kepada pengasuhnya, Mak Base untuk berangkat ke Minangkabau; ia telah lama ingin menjumpai tanah asal ayahnya di Batipuh. Namun, kedatangan Zainuddin tidak mendapatkan sambutan baik di tengah-tengah struktur masyarakat yang bernasabkan kepada ibu itu. Ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau karena, meskipun berayah Minang, ibunya berasal dari Bugis. Akibatnya, ia merasa terasing dan melalui surat-surat ia kerap mencurahkan kesedihannya kepada Hayati, perempuan keturunan bangsawan Minang yang prihatin terhadapnya.
Setelah Zainuddin dan Hayati sama-sama mulai jatuh cinta, Zainuddin memutuskan pindah ke Padang Panjang karena mamak Hayati memintanya untuk keluar dari Batipuh. Sebelum berpisah, Hayati sempat berjanji kepada Zainuddin untuk selalu setia. Sewaktu Hayati berkunjung ke Padang Panjang karena hendak menjumpai Zainuddin, Hayati sempat menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Namun, sekembali dari Padang Panjang, Hayati dihadapkan oleh permintaan keluarganya yang telah sepakat untuk menerima pinangan Azis, kakak Khadijah; Aziz, yang murni keturunan Minang dan berasal dari keluarga terpandang, lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Meskipun masih mencintai Zainuddin, Hayati akhirnya terpaksa menerima dinikahkan dengan Aziz.
Mengetahui Hayati telah menikah dan mengkhianati janjinya, Zainuddin yang sempat berputus asa pergi ke Jawa bersama temannya Muluk, tinggal pertama kali di Batavia sebelum akhirnya pindah ke Surabaya. Di perantauan, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal. Pada saat yang sama, Aziz juga pindah ke Surabaya bersama Hayati karena alasan pekerjaan, tetapi rumah tangga mereka akhirnya menjadi berantakan. Setelah Aziz dipecat, mereka menumpang ke rumah Zainuddin, tetapi Aziz lalu bunuh diri dan dalam sepucuk surat ia berpesan agar Zainuddin menjaga Hayati. Namun, Zainuddin tidak memaafkan kesalahan Hayati. Hayati akhirnya disuruh pulang ke Batipuh dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam, dan setelah Zainuddin mendengar berita itu ia langsung menuju sebuah rumah sakit di Tuban. Sebelum kapal tenggelam, Muluk yang menyesali sikap Zainuddin memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. Namun tak lama setelah Zainuddin datang, Hayati meninggal. Sepeninggal Hayati, Zainuddin menjadi sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal. Jasadnya dimakamkan di dekat pusara Hayati.
Tema
Seperti novel Hamka sebelumnya, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Van der Wijck ditulis untuk mengkritik beberapa tradisi dalam adat Minang yang berlaku saat itu, seperti perlakuan terhadap orang berketurunan blasteran dan peran perempuan dalam masyarakat; hal ini dimunculkan dengan usaha Hayati menjadi istri yang sempurna biarpun Aziz tidak menghargainya. Hamka beranggapan bahwa beberapa tradisi adat tersebut tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat. Dalam karyanya yang lain, Hamka terus mengkritik adat.
Rilis dan penerimaan
Van der Wijck pertama kali diterbitkan sebagai cerita bersambung dalam majalah Islam mingguan Hamka di Medan, Pedoman Masjarakat pada tahun 1938. Menurut Yunan Nasution, salah satu karyawan majalah tersebut, ketika majalah itu dikirimkan ke Kutaraja, Aceh (kini Banda Aceh), banyak pembaca yang telah menunggu di stasiun kereta api agar bisa membaca bab berikutnya secepat mungkin. Hamka juga menerima surat dari beberapa pembaca, yang beranggapan bahwa novel itu mencerminkan kehidupan mereka. Namun, beberapa orang Muslim konservatif menolak Van der Wijck; mereka menyatakan bahwa seorang ulama harusnya tidak mengarang cerita tentang percintaan.
Setelah mendapat sambutan yang hangat itu, Hamka memutuskan untuk menerbitkan Van der Wijck sebagai novel dengan usaha penerbitan milik temannya, M. Syarkawi; dengan menggunakan penerbit swasta Hamka tidak dikenakan sensor seperti yang berlaku di Balai Pustaka. Cetakan kedua juga dengan penerbit Syarkawi. Lima cetakan berikutnya, mulai pada tahun 1951, dengan Balai Pustaka. Cetakan kedelapan pada tahun 1961, diterbitkan oleh Penerbit Nusantara di Jakarta; hingga tahun 1962, novel ini telah dicetak lebih dari 80 ribu eksemplar. Cetakan setelah itu kemudian diterbitkan oleh Bulan Bintang.  Novel Hamka ini juga pernah diterbitkan di Malaysia beberapa kali.
Kritikus sastra Indonesia beraliran sosialis, Bakri Siregar menyebut Van der Wijck sebagai karya terbaik Hamka. Kritikus lain, Maman S. Mahayana, berpendapat bahwa novel ini mempunyai karakterisasi yang baik dan penuh ketegangan; Maman beranggapan bahwa ini mungkin karena novel ini awalnya diterbitkan sebagai cerita bersambug.
Tuduhan plagiasi
Pada bulan September 1962, Abdullan S.P.—nama samaran dari Pramoedya Ananta Toer—yang memuat tulisannya ke dalam koran Bintang Timur menyebutkan bahwa novel Van der Wijck diplagiasi dari Sous les Tilleuls (1832) karya Jean-Baptiste Alphonse Karr, melalui terjemahan berbahasa Arab oleh Mustafa Lutfi al-Manfaluti; sebenarnya desas-desus plagiasi sudah lama ada. Hal ini menjadi polemik luas dalam pers Indonesia. Sebagian besar orang yang menuduh Hamka berasal dari Lekra, sebuah organisasi sastra sayap kiri yang berafiliasi dengan PKI. Sementara itu, penulis di luar sayap kiri melindungi Hamka. Beberapa kritikus menemukakan beberapa kesamaan antara dua buku tersebut, baik dari segi alur maupun teknik penceritaan.
Ahli dokumentasi sastra H.B. Jassin, yang membandingkan kedua karya itu dengan menggunakan terjemahan Sous les Tilleuls berbahasa Indonesia yang diberi judul Magdalena, menulis bahwa novel ini tidaklah mungkin hasil plagiasi, sebab cara Hamka mendeskripsikan tempat itu sangat mendalam dan sesuai dengan gaya bahasanya dalam tulisan sebelumnya. Jassin juga menegaskan bahwa novel Van der Wijck membahas masalah adat Minang, yang tidak mungkin ditemukan dalam suatu karya sastra luar. Akan tetapi, Bakri Siregar beranggapan bahwa terdapat banyak kesamaan antara Zainuddin dan Steve, serta Hayati dan Magdalena, yang menandai adanya plagiasi. Kritikus sastra asal Belanda, A. Teeuw menyatakan bahwa tanpa berpendapat kalau kesamaan yang terkandung dalam novel itu dilakukan secara sadar, memang terdapat banyak hal yang mirip di antara kedua karya itu, tetapi Van der Wijck sesungguhnya mempunyai tema yang murni dari Indonesia.
Download Novelnya di sini