Pages

Monday, October 05, 2015

Hikmah Menepati Janji Menurut Islam

Sumber gambar: www.sonotaguru.com
Pernahkah kita dijajikan sesuatu oleh orang lain? bagaimanakah perasaan kita apabila seseorang tidak menepati janjinya kepada kita? Setiap orang mungkin akan menjawab kedua pertanyaan tersebut dengan, "Ya benar saya pernah dijanjikan sesuatu oleh orang lain dan saya akan sakit hati apabila janji tersebut tidak ditepati."
Demikainlah bahwa sekecil apa pun sebuah janji ia harus segera ditetapi. Hal ini karena mungkin bagi sebagaian orang sesuatu yang dijajikan itu kecil, akan tetapi mungkin bagi orang lain itu adalah bernilai besar. Misalnya kita berjanji kepada anak istri kita untuk makan malam bersama di rumah. Kelihatannya janji tersebut adalah sesuatu hal yang sepele, karena tidak melibatkan uang yang yang banyak di dalamnya, namun siapa sangka jika janji tersebut apabila selalu tidak ditepati maka lambat laun akan merusak keharmonisan keluarga kita dan bukan tidak mungkin berahir pada kehancuran keluarga. Karenanya jangan sekali-kali menyepelekan janji.
Betapa pentingnya jaji, Islam memberikan perhatian khusus perihal pentingnya menepati janji. Allah swt berfirman: "dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isra’: 34)
Berdasarkan firman Allah tersebut maka bagi setiap muslim yang telah membuat sebuah janji, hukumnya adalah wajib untuk menunaikan atau menepati janjinya. Apabila terdapat sesuatu yang membuatnya terhalang dari menepati janji, maka janji yang dibuat boleh ditangguhkan atau dibatalkan. Akan tetapi kebolehan menangguhkan atau membatalkan bukan menjadi alasan untuk mempermainkan sebuah jaji. Hal ini ini karena mengingkari atau mempermainkan janji lekat kaitannya dengan ciri-ciri orang munafik. Rasulullah saw.bersabda: "Tanda orang munafik itu ada tiga perkara yaitu apabila berbicara dia berbohong, apabila berjanji dia mungkin janji dan apabila diberi amanat dia mengkhianati." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari sudut pandang sosial, apabila seseorang sering mengingkari janjinya, maka dapat berdampak pada menurun atau hilangnya kepercayaan orang lain terhadap diri seseorang. Tentu saja orang yang tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari masyarakat akan tertutup pintu rizkinya, karena rizki itu datangnya dari Allah melalui perantara silaturahim, sedangkan apabila silaturahim telah rusak karena kemunafikan maka tertutuplah pintu rizki tersebut. Nabi Muhammad saw yang berbunyi: ”Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahmi.”
(HR. Bukhari)

No comments:

Post a Comment