Pages

Wednesday, September 23, 2015

Memahami Makna Kurban dalam Islam

Kata kurban dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata 'qurbun' atau 'qurban' yang berarti 'dekat', jika ditambah dengan dengan imbuhan an (alif dan nun) maka mengandung arti 'kesempurnaan'. Dengan demikian kurban adalah sebuah ibadah yang dilakukan oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dalam sejarah agama-agama semit, Yahudi, Kristen dan Islam, kurban telah dilakukan oleh sejak zaman manusia pertama sekaligus Nabi pertama yaitu Nabi Adam. Kedua anak Nabi Adam, Qabil dan Habil melakukan kurban dengan cara meletakan harta yang paling disayangi mereka, baik berupa hasil pertanian atau hasil peternakan. Tujuannya adalah untuk menentukan mana di antara keduanya yang memiliki niat yang tulus dan bersih dari hawa nafsu seten.
Pada zaman Nabi Ibrahim, kurban juga kembali dilakukan kembali yaitu dengan cara menyembelih hewan ternak, seperti kambing, yang kemudian daging hewan tersebut dibagi-bagikan kepada penduduk kota Makkah. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim tersebut berbeda dengan apa yang dilakukan kedua putra Adam yang hanya meletakan kurban di tempat yang tinggi. Begitupun kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim merupakan kritikan terhadap pelaksanaan kurban  yang dilakukan di masanya yaitu dengan cara banyak mengorbankan manusia untuk mendapatkan limpahan pahala dari Tuhan.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim tersebut menjadi syariat kurban yang dilakukan secara turun temurun melalui nabi-nabi setelahnya. Akan tetapi pasca meninggalnya Nabi Musa banyak di antara bani Israil yang menjalankan kurban hanya untuk menunjukan sikap riya dan ingin dipuji oleh sesama manusia. Mereka berbondong-bondong menyembelih hewan kurban akan tetapi tidak disertai dengan niat yang tulus karena mengharap ridho dari Allah. Sikap seperti ini kemudian di kritik oleh Nabi Isa yang berpendpat bahwa bukanlah darah dan daging hewan kurban yang diterima oleh Allah tetapi jiwa-jiwa yang memliki niat yang tulus lah yang diterima oleh Allah. Namun kritikan tersebut malah disikapi dengan cara berlebihan oleh pengikutnya yakni dengan cara meninggalkan syariat kurban dan hanya mengedepankan sisi spritual dari kurban saja. Mereka lalu menganggap bahwa apa yang terjadi pada Nabi Isa yang disalib oleh musuh-musuh Allah merupakan pengorbanan terahir yang juga merupakan penebus dari dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia, bahkan dosa yang didapatkan sebagai dosa turunan. Maka dalam pemahaman ini hanya orang-orang yang mengakui Nabi Isa sebagai juru selamatlah yang jiwanya telah disucikan oleh pengorbanan Nabi Isa dan layak mendpatkan Kerajaan Allah.
Penghilangan syariat kurban dan hanya mengedepankan sisi spritualitas kurban ini kemudian dikritik kembali oleh Islam. Islam menekankan kepada penganutnya untuk memadukan dua sisi kurban yaitu syariat dan spiritualitas. Islam mengajak kembali penganutnya untuk mempraktekan kembali apa yang telah disyariatkan oleh Nabi Ibrahim. Seperti halnya Nabi Ibrahim, Islam menganggap bahwa pengurbanan yang hanya ditekankan pada sisi lahiriah yaitu dengan menyembelih hewan, adalah pengurbanan yang sia-sia dan penuh dengan kupura-puraan. Begitupun kurban yang hanya dipendam di dalam hati, atau kurban dari sisi spiritualitas adalah kurban yang tidak terungkapkan dan tidak berdampak positif bagi kemanusiaan. Karenanya dalam Islam pemaduan dua sisi makna kurban adalah bagaikan cinta yang tulus di dalam hati yang ditampakkan melalui tindakan nyata, yaitu berbagi kepada sesama.

No comments:

Post a Comment