Sumber gambar: www.boston.com |
Sedangkan siapakah yang berhak menerima syafa’at dapat dilihat dalam firman Allah swt berikut ini. Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang Telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila Telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka Berkata "Apakah yang Telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar (Q.S. Saba [34] : 23).
Selain keimanan dan ketakwaan yang tinggi, Rasulullah saw adalah juga adalah manusia yang memiliki kecemerlangan akal, dimana Rasulullah saw memadukan keimanan kepada Allah swt dan daya nalarnya (akal) sehingga memancar dalam setiap tingkah lakuknya (akhlaq). Maka sungguh telah terpedaya pabila masih banyak manusia yang menganggap bahwasanya berhala-berhala dapat memberikan syafa’at untuk dirinya (Q.S. Az-Zumar [39]: 43). Al-Qur’an memberitakan bahwa orang Arab Jahiliyah percaya bahwa malaikat di langit dapat memberikan mereka syafa’at bagi kehidupannya. Mereka mempersonifikasikan malaikat dengan bentuk-bentuk yang manusiawi yang memiliki hasrat kekuasaan dan sanjungan, karenanya banyak di antara mereka - orang Arab Jahiliyah - selain mempercayai berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan Allah, mereka juga memyembah malaikat karena dipercaya sebagai anak perempuan dari Allah yang jika disembah dan dipuja maka akan memberikan syafa’at kepada mereka. Maka malaikat yang sesuai dengan anggapan orang Arab Jahiliyah inilah yang tidak akan memberikan syafa’at kepada manusia. (Q.S. An-Najm [53]: 26)
Di dalam Al-Qur`an diberitakan dalam Q.S. Al-An’am [6]: 94, Bahwa di akhirat nanti manusia akan kepada Allah sendiri-sendiri sebagaimana dulu manusia diciptakan tanpa disertai oleh hal-hal yang bersifat duniawi, hal ini karena dunia yang dulu menjadi sekutu-sekutu Allah tidak akan memberi syafa’at di akhirat nanti. Dan ketika mereka dihimpun di dalam neraka, mereka pun kemudian bertengkar saling menyalahkan. Teman-teman yang dulu bersama-sama menjalankan maksiat, di Neraka tidak akan dapat memberi syafa'at bagi seorangpun, dan mereka pun pada hakikatnya tidak mempunyai teman yang akrab. Lalu suatu ketika mereka berkata, “sekiranya kami dapat kembali sekali lagi ke dunia niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman." (Q.S. Asy-Syu’ara [26] : 96-102) Mereka teringat bahwa dahulu telah datang kepada mereka seorang Rasul membawa Kitab yang berisi peringatan, namun mereka mendustakan Kitab dan Rasul tersebut. Namun kini di akhirat mereka mengharapkan syafa’at dari Rasul pembawa Kitab itu, seraya berkata, “Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?” (Q.S. Al-A’raf [7] : 52-53) Namun permohonan syafa’at mereka hanyalah sia-sia belaka, karena syafa’at hanyalah berlaku di dunia bukan di akhirat tempat manusia menerima hukuman akibat dari kelalaiannya terhadap perintah Allah swt.
Demikianlah bahwasanya syafa’at bukanlah barang gratisan yang dengan cuma-cuma diberikan oleh Nabi Muhammad saw kepada umatnya di akhirat nanti. Namun syafa’at adalah sebuah upaya penyempurnaan keimanan kita kepada Allah swt dengan cara meneladani Nabi saw. Para alim ulama, dan kiyai sebagai pewaris Nabi hendaknya berhati-hati menjadi agen syafa’at Nabi saw, karena jika tidak berhati-hati tidak menutup kemungkinan bukan syafa’at yang positif yang disebarkan kepada umat, namun syafa’at negatif dan merusak yang menambah penyakit di dalam hati manusia.
Memahami Syafa'at (1, 2, 3, 4, 5)
No comments:
Post a Comment