Pages

Friday, August 21, 2015

Anak Didik menurut Teori Behaviorisme dan Kongitivisme

Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Dia bisa juga belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru di sekolah. Bagi anak didik, belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan. Setelah pulang sekolah, anak didik harus belajar di rumah. Mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada malam, pagi atau sore hari. Demikianlah, anak didik selalu belajar dengan jadwal belajar yang diprogramkan.
Tokoh-tokoh aliran behaviorisme beraggapan bahwa anak didik yang melakukan aktivitas belajar seperti membaca buku, menjalaskan pendengaran guru, mengarahkan pandangan kepada seorang guru yang menjelaskan di depan kelas, termasuk ke dalam kategori belajar. Mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologis anak didik. Apakah anak didik menguasai buku yang telah dibaca dan mengerti apa yang dijelaskan oleh guru, bukanlah maslah bagi para penganut aliran behaviorisme. Yang terpenting menurut teori ini adalah bila anak didik telah melakukan aktivitas balajar, itulah belajar. Aliran ini berpegan pada realitas yang terlihat dengan mata telanjang dengan mengabaikan proses mental dengan segala perubahannya sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut.
Oleh karena itu, aliran behaviorisme mendapatkan kritikan dari aliran kognitivisme. Menurut aliran ini, belajar adalah proses perubahan mental dan mempengaruhi perilaku seseorang. Membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, mengarahkan padangan kepada guru yang sedang menjalskan bahan pelajaran, dan sebagainya adalah sejumlah aktivitas belajar, tetapi belum tentu belajar. Seorang anak didik yang terlihat sedang membaca buku, misalnya. Dia mengarahkan pandangan mata ke buku yang telah dibukannya pda halaman tertentu. Dia sedang asyik memandang halaman buku itu. Kita pasti beranggapan bahwa dia sedang belajar. Padahal belum tentu. Siapa tahu pandangan matanya saja yang diarahkan ke halaman buku itu, tetapi alam pikirannya jauh menerawang ke dunia lain yang lebih menarik dari kata dan kalimat yang tetulid di halaman buku. Alhasil, dia hanya membuka halaman buku, tetapi tidak membaca apalagi memahaminya. Atau boleh jadi walau pun ia benar-benar membacanya akan tetapi tetap tidak dapat memahami apa yang dibacanya.
Dikarenakan hal tersebut, maka menurut aliran kognitivisme keberhasilah belajar itu ditentukan oleh perubahan mental dengan masuknya sejumlah kesan yang baru dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku. Berbeda dengan alira behaviorisme yang hanya melihat fenomena perilaku saja, aliran kognitivisme jauh melihat ke dalam fenomena psikologis.
Di sekolah, anak didik belajar menurut gaya mereka masing-masing. Perilaku anak didik bermacam-macam dalam menerima pelajaran dari guru. Seorang anak didik dengan tekun dan penuh konsentrasi menerima pelajaran dari guru dengan cara mendengarkan penjelasan guru atau mengerjakan tugas yang telah diberikan. Anak didik yang lain di sela-sela penjelasan guru, mengambil kesempatan membicarakan hal-hal lain yang lepas dari masalah pelajaran. Di waktu yang lain ada anak didik yang duduk melamun yang terlepas dari pengamatan guru. Pada saat yang bersmaan pula ada anak didik yang berteriak histeris mengejutkan anak didik yang lain yang sedang mendengarkan penjelasan guru. Ia berteriak histeris bukan karena kejatuhan cecak tetapi karena masalah yang menghimpit keluarganya. Demikianlah seorang guru setiap hari harus menghadapi semua itu dengan telaten dan penuh dengan kesabaran. 

No comments:

Post a Comment