Pages

Saturday, August 22, 2015

Antara Dakwah dan Kebebasan Berkeyakinan

 Men are blend in their own cause
 "Manusia itu buta karna keyakinannya sendiri"

Pepatah di atas menyiratkan bahwa setiap orang tidak mampu melihat kebenaran dari sudut pandang orang lain, jika ia benar-benar yakin akan pendapatnya sendiri. Sehingga akan mengatakan bahwa hanya ia yang benar.
Kecenderungan tersebut dalam Al-Qur'an disikapi dalam Q.S. Al-Kafirun :
"Katakanlah, Hai orang-orang kafir, tidaklah aku menyembah apa yang engkau sembah dan tidak pula kalian menyembah apa yang aku sembah. Dan aku bukanlah penyembah apa yang kalian sembah, dan kalian bukanlah penyembah apa yang aku sembang. Bagikalianlah agama kalian dan bagiku lah agamaku."
Dikarenakan suatu kepercayaan tidaklah dapat dipaksakan oleh orang lain maka dalam sejarah risalah Kenabian Muhammad saw, beliau lebih banyak memberikan contoh suri tauladan yang baik bagi umat Islam. Dikarenakan hal tersebut maka Aisyah ra menyebut akhlaq / perilaku nabi adalah Al-Qur'an.
Pada suatu ketika Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. ketika ditanya oleh sahabat Hisyam bin Amir ra tentang bagaimana akhlak Rasulullah, maka ‘Aisyah berkata: “Bukankah engkau sering membaca Al-Qur’an?”, beliau menjawab: “Ya”, ‘Aisyah berkata: “Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an”.  (H.R. Muslim).
Demikianlah bahwa penanaman sebuah nilai-nilai dalam pendidikan dan dakwah tidak hanya sebatas pada penyampaian materi dan hafalan saja. Lebih dari itu, pemberian contoh yang baik akan lebih menyentuh hati orang-orang yang menjadi sasaran dakwah ataupun pendidikan.
Metode dakwah Nabi Muhammad saw dengan cara menjadi contoh bagi ummat ditegaskan dalam firman Allah Taala  dalam surah al-Ahzab: Ayat 21:
“Sesungguhnya, adalah bagimu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan keredhaan Allah dan balasan baik hari akhirat, serta ia pula menyebut dan banyak mengingati Allah.”




No comments:

Post a Comment